Halaman

Ads 468x60px

.

Tuesday, October 14, 2014

Ucapan dan Ejaan

Ucapan
Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seseorang berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya. Ini disebabkan karena banyak orang Indonesia yang terpengaruh oleh bahasa daerah asalnya.

Ejaan
Ejaan penting sekali artinya dalam penggunaan bahasa Indonesia yang produktif. Dalam pengejaan tidak hanya dituntut untuk menyusun kalimat dengan baik, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai berdasarkan ejaan yang berlaku

a. Penulisan huruf kapital
Penggunaan huruf kapital ini sendiri digunakan pada saat:
*Huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab suci
(Co: Semoga Dia tidak melupakan hamba-Nya, Hanya Engkaulah yang kami sembah)
*Nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan
(Co: Nabi Ibrahim, Haji Agus Salim, Sultan Hasanudin)
*Nama jabatan
(Co: Gubernur DKI Jakarta & Rektor Universitas Gunadarma)
*Nama lembaga
(Co: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa)

b. Huruf tebal dan huruf miring
Penggunaan huruf tebal dan huruf miring digunakan pada judul buku atau nama majalah. Apabila ditulis dengan tangan, kata-kata yang merupakan judul buku ini harus diberi garis bawah.

(Contoh penulisan judul Buku : Tata Bahasa Baku Indonesia, Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Contoh penulisan nama majalah : Pengajaran Bahasa dan Sastra, Pembinaan Bahasa Indonesia, Hukum dan Keadilan )
Judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku seperti naskah skripsi, tesis, atau disertai cukup ditulis dalam tanda petik (“___”)
(Contoh: “Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia “. “Frase Nomina dalam bahasa Indonesia”.

Judul-judul tersebut kalau dicetak ditulis dengan huruf miring.
Contoh: Ejaan yang Benar dalam bahasa Indonesia . Frase Bilangan dalam bahasa Indonesia.

c. Penulisan Partikel dan Awalan
Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi-
(Co: adidaya, adikuasa, adimarga, adibusana. Juga awalan awa- pada awabau, awaair, awawarna, awasuara)
Awalan awa- ini digunakan untuk mengindonesiakan awalan de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris dan belanda
(Co: deodorant, dehidrasi, devoice yang artinya ‘penghilangan’ atau ‘alat’ untuk menghilangkan’)
Awalan mala-
(Co: malabentuk, malapraktik, malagizi)
Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai.
(Co: antarkota, antarpulau, antarnegara, antarbangsa)
Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai.
(Co: mahasiswa, mahaguru, Mahakuasa, Mahaadil)
Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan.
(Co: Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha Pengampun)
Yang dikecualikan dari ketentuan di atas ialah kata Maha esa yang meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar, tetapi harus dipisah.
Ejaan yang betul menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ialah Tuhan Yang Maha Esa.
Bentuk-bentuk lain yang dirangkai ialah awalan pra-, pasca-, pramu-,
purna-, tuna-.
(Co: prasejarah, pascasarjana, pascapanen, pramuwisata, pramuria, purnawaktu, purnawirawan, swadaya, swalayan, swasembada, tunakarya, tunasusila, tunarungu)
Kata-kata seperti anti-, non-, sub-, poli-. ultra-, supra-,
(Co: antikomunis, nongelar, subunit, politeknik, ultramodern, supranatural)
Seperti yang sudah disebutkan di muka, gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis serangkai.
(Co: pertanggungjawaban, ketidakhadiran, dan menandatangani)
Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah: padahal, daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana, jikalau, andaikata, manakala.

d. Penulisan Bilangan
Bilangan ada yang harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf. Bilangan yang menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka. Begitu juga bilangan yang digunakan untuk memberi nomor bab, subbab, atau bagian-bagian dari subbab. Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu di gunakan juga tanda titik dan koma. Singkatan-singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), lt (liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik. Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan. Contoh: 1.000.000. untuk bilangan yang menyatakan rupiah digunakan tanda koma di belakang satuan rupiah yang diikuti oleh nol nol untuk satuan ketip dan sen.
Jadi jumlah yang satu juta lima ratus ribu rupiah ditulis Rp
1.500.000,00.
Untuk menyatakan jam, misalnya pukul setengah tiga, tanda titik itu ditaruh antara jam dan menit. Untuk jumlah waktu yang terdiri atas jam, menit, dan detik digunakan dua titik.
Misalnya: dua jam lima belas menit sepuluh detik ditulis 2.15.10.
Bilangan tingkat dapat dinyatakan dengan huruf, dengan angka, dan dengan huruf dan angka. Jadi ketiga dapat ditulis ketiga atau ke-3 atau III, abad kedua puluh, abad ke-20 abad XX. Jadi awalan ke hanya digunakan apabila dihubungkan dengan angka Arab. Angka Romawi tanpa awalan ke- sudah menyatakan tingkat. Dalam kuitansi atau surat-surat yg mempunyai kekuatan hukum jumlah yang ditulis dengan angka masih disertai jumlah yang ditulis dengan huruf yang ditulis di antara tanda kurung.

e. Tanda Baca
Ada bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.), koma (,), titik
koma (;), titik dua (: ), dan petik (“..”)

*) TANDA TITIK (.)
Sudah kita ketahui tanda titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat. Di samping itu tanda titik juga digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab. Penomoran bab atau subbab yang menggunakan sistem persepuluh pada angka terakhir tidak disertai titik untuk menghemat tempat.
(Co: atas nama a.n., untuk beliau u.b., dan sebagainya dsb.)
Tanda titik juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukanya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman. Karangan yang menggunakan rujukan pengarang atau penyuting, antara judul buku dan kota penerbit.
(Co: Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jakarta: Pustaka Rakyat.)

*). TANDA KOMA (,)
Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan,
(Co: ah, wah, aduh, ya, hai)
Juga sesudah kata-kata seperti meskipun begitu, jadi, namun demikian, oleh karena itu, maka dari itu. Tanda koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya.
(Co: Meskipun hujan, ia pergi juga ke kantor,
Karena sakit, ia tidak jadi pergi ke Jakarta)
Tanda koma digunakan juga untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi, atau, melainkan.
(Co: Orang itu kaya, tetapi tidak kikir
Yang sudah lulus bukan dia, melainkan adiknya)
Tanda koma juga digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian.
(Co: Jurusan-jurusan dalam Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ialah Jurusan Akuntansi, dan Jurusan Manajemen)

*). TITIK KOMA (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
(Co: Semua murid diperlakukan sama; tidak ada murid yang dianakemaskan)
Tanda titik koma juga digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma.
(Co: Di toko swalayan itu Amin membeli kemeja, sepatu, sapu tangan, dan kaos kaki; Ali membeli ikat pinggang, topi, dasi dan kaca mata; sedang Amat membeli buku tulis, pulpen, penggaris, dan minyak rambut)
Tanda titik koma digunakan juga untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
(Co: Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Bapak DR. Aries Budi Setyawan dan Ibu Masodah SE. MM sebagai pembimbing 1 dan pembimbing 2, yang dengan penuh kesabaran telah memberikan petunjuk dan nasihat-nasihatnya;
2. Ibu Izzati Amperaningrum SE. MM , dosen wali penulis yang telah banyak memberikan bimbingan selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma;
3. Ir. Arjuna, pacar penulis yang dengan setia mendampingi penulis menyelesaikan skripsi ini)

Dalam surat-surat keputusan tanda titik koma banyak digunakan untuk membatasi kalimat-kalimat yang merupakan bagian dari konsideransi dan bagian dari isi putusan itu sendiri.
(Co:
Mengingat bahwa
1……………….;
2……………….;
3……………….;
Membimbing 1……………….;
2……………….;
3……………….;
Memutuskan 1……………….;
2……………….;
3……………….;)

*) TITIK DUA (:)
Tanda titik dua dipakai akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian.
(Co : Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma mempunyai dua jurusan: Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen)
Titik dua juga digunakan pada kata-kata misalnya, contohnya, dan sebagai berikut yang diikuti perinciaan. Tanda titik dua juga digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula,
misalnya pemerian suatu organisasi sebagai berikut:
Ketua : Meilani
Sekretaris : Lies Handrijaningsih
Bendahara : Sri Kurniasih Agustin
Juga dalam surat- surat undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul, tempat, dan cara dalam bentuk formula berikut:
Dengan Hormat,
Kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara dalam suatu rapatpengurus
Yang akan kita selenggarakan pada:
Hari/tanggal: Senin, 25 Juli 2005
Pukul : 10.30
Tempat : Di Gedung 5 Lantai 1 Depok Jl. Margonda Raya 100 Pondok Cina -Depok .
Dengan acara: Penyusunan Rencana Kegiatan Akademis.
Apabila uraian diatas tidak disusun dengan formula seperti tersebut diatas, tanda titik dua tidak perlu dipergunakan. Tanda titik dua juga digunakan untuk membatasi judul karangan dengan subjudulnya, di antara surat dan ayat dalam kitab suci, diantara tahun dan halaman dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka.
(Co: Ekonomi dan Koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982 :12))

*) TANDA PETIK (“- “ )
Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring. Dalam karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya.
(Co : Itu dia “pahlawan” kita datang)

*) TANDA HUBUNG (-)
Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang seperti meja-meja , berjalan-jalan, buah-buahan. Tanda hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital.
(Co : Abad ke-20, Tuhan selalu melindungi hamba-nya, Ijazah SMA-nya hilang)
Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka.
(Co: Jakarta, 27-11-2005)

f. TANDA-TANDA BACA YANG LAIN
Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ( ), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring (/) dan tanda penyingkat/apostrof (‘)
(Co: Kemerdekaan bangsa itu- saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Rangkaian temuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta)
Tanda pisah juga digunakan dalam arti”sampai dengan”.
(Co : 1950--2005
Tanggal 18—Mei 2005
Pukul 09.30—11.00
Semarang – Jakarta)
Tanda elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus.
(Co : Kalau engkau tidak mau ….yah…, biarlah saya pulang saja)
Tanda elips yang digunakan dalam suatu kutipan menunjukan bahwa ada kata-kata yang tidak dikutip dalam kutipan tersebut.
(Co : “Morfem ialah ….bentuk bebas yang terkecil”)
Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakan di akhir kalimat.
(Co : Di mana rumahmu?)
Tanda tanya yang ditaruh di antara tanda kurung digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau kesangsian
(Co : Ia dilahirkan pada tahun 1896 (?), Uangnya sebanyak sepuluh juta rupiah(?) telah hilang
Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan Tanda kurung juga digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan
(Co : Bagian perencanaan sudah selesai merencanakan DIK (Daftar Isi Kerja) kantor ini.
Tanda kurung juga untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan.
(Co : keterangan ini )lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru dalam pemasaran dalam negeri)
Selanjutnya tanda kurung juga dipergunakan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci keterangan.
(Co : Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam , (b) tenaga kerja, dan (c) modal)
Tanda kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf , kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
(Co : Si Bintang Men[d]engar bunyi gemerisik)
Tanda kurung siku di gunakan juga untuk memberi tanda kurung di dalam bagian kalimat yang sudah menggunakan tanda kurung.
(Co : Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab 11 [lihat halaman 25 –38] tidak dibicarakan ) perlu di bentangkan di sini)
Tanda garis miring digunakan dalam penomoran surat.
(Co : NO :7/TP09/k/91)
Dalam alamat untuk membatasi antara gang dengan nomor.
(Co: Jl. Erlangga 7/19)
Untuk menunjukkan tahun anggaran atau tahun kuliah.
(Co : 2003/2004)
Garis miring berarti juga tiap-tiap atau per.
(Co : Rp2500/orang)
Tanda penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukan adanya bagian – bagian yang dilesapkan.
(Co : Istana yang megah ‘kan ku dirikan (kan=akan), Malam ‘lah tiba (‘lah=telah), Januari’05 (‘05=2005) )

Sumber: Buku Paket Bahasa Indonesia (Gunadarma).